Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Shalat Subuh Terakhir Bersama Pak Prof Farid Wajdi

Tahun 2006 setelah tamat sma, saya memutuskan untuk masuk ke kampus IAIN arraniry. Walau saat itu ibu saya menganjurkan untuk kuliah di bireuen saja. Maklum saya anak kampung yang berasal dari juli arah menuju aceh tengah. 

Menjadi mahasiswa dikampus biru fakultas tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam adalah kebanggan tersendiri. Karena aktif di organisasi siswa saya memutuskan untuk bergabung di BEM fakultas tarbiyah tahun 2007. Kemudian saat itu mulai mengenal pak prof farid wajdy, beliau masih dekan fakultas tarbiyah. 

Tahun 2008 saya semakin dekat dengan pak prof farid karena aktif sebagai pengurus remaja masjid kampus fathun qarib dan puncaknya  saya semakin dekat karena sering sekali jumpa beliau karena terpilih menjadi wakil gubernur tarbiyah tahun 2009 dalam proses pemira tarbiyah. 

Lembaran kenangan susah saya lupakan masih tersimpan rapi dalam memori hati dan pikiran saya. Bukan hanya dekat karena aktifis kampus tapi juga dekat karena proses akademis. Sejak mahasiswa S1 pak prof farid adalah pembimbing 1 skripsi. Beliau juga penguji ujian kompren saya. Beliau sebagai dekan juga mewisudakan saya sebagai sarjana  S1. Sehingga menjadi rektor di UIN Arraniry beliau juga yang mewisudakan saya S2 sebagai magister di pasca sarjana.

Diantara lembaran kenangan, ada satu yang tak bisa saya lupakan. Karena saya sering tidur dimasjid kampus fathun qarib dan kantor bem tarbiyah. Pernah beberapa kali shalat subuh hanya berdua dengan beliau. Beliau iman saya yang azan dan sebaliknya. Setelah shalat kami sering berbincang. Beliau sangat ramah walau seorang dekan dan akhirnya menjadi rektor. Bahkan beliau berbeda dengan rektor yang lain,  beliau mengangkat panggilan telpon saya kapan saja walau saya mahasiswanya. Suara azan beliau menggelegar keseluruh antero kampus biru saat itu. Saya masih mengingat irama azan yang beliau lantunkan.

Saya saksi diantara kebaikan beliau yang masih saya ingat. Beliau sangat berjasa membangun kampus biru kebanggan rakyat Aceh dari status IAIN menjadi UIN. Beliau juga yang membangun kampus biru dengan megah seperti saat ini.  Kampus dengan arsitektur timur tengah yang indah, walau saya sendiri tidak sempat menikmatinya. Tapi itu berkat tangan dingin pak prof memajukan kampus UIN Arraniry.

Sekarang beliau sudah pergi selamanya. Shalat subuh bersamanya 2009 tinggal kenangan. Shalat subuh dimasjid kampus tahun 2009 itu adalah shalat subuh terakhir bersamanya. 

Subuh tadi saya tiba-tiba mengingat lagi lembaran-lembaran demi lembaran bersama pak prof farid.  Begitu juga nasehat-nasehat yang beliau berikan semasa hidupnya. Salah satu yang membuat saya terkesan beliau berpesan supaya saya kuliah ke luar negeri, karena beda pengalamannya. 

Beliau juga berpesan "Rizki beu beuhee, beu jeut keu ulee, bek jeut ke ikeu. Walau iku rimung. Hayeu memang rimung, tapi tanyoe tetap iku. Leubeh get jeut ulee kareng. Walau hanya kareng". Sebut pak prof kepada saya.

Beliau mengingatkan saya untuk menjadi pemimpin walau level terendah. Jangan jadi pengikut walau itu level tertinggi karena politik itu soal peran, kekuatan, kebijaksanaan dan kepentingan.

Selamat jalan guru, sahabat, dan tokoh aceh yang sudah mengispirasi generasi aceh. Semoga Allah menempat engkau dalam jannahnya. Amiin

Penulis : Rizki Dasilva S.Pd.I MA