Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Keberhasilan Siswa Bukan Hanya Ditentukan Oleh Fasiltas dan Kurikulum, Tetapi Ditentukan Oleh Kompetensi Guru, Benarkah?

 



Kemampuan guru dalam proses belajar mengajar dapat dirasakan dan dipantau oleh anak didik dalam beberapa bentuk, antara lain:

1. Anak didik dapat mengikuti penyajian guru;

2. Penyajian bahan tidak terlalu cepat;

3. Contoh-contoh dan soal-soal latihan diberikan secara cukup;

4. Guru membantu anak didik mengingat pelajaran-pelajaran yang pernah diperoleh, guru mengerti dan mengenal masalah belajar anak didik;

5. Guru berusaha menjawab pertanyaan anak didik seandainya belum mengerti;

6. Guru membahas soal-soal latihan (tes) yang tidak dapat dipecahkan oleh anak didik.[1]



Dalam hubungan dengan kegiatan dan hasil belajar siswa, kompetensi guru berperan penting. Proses belajar mengajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing para siswa. Guru yang berkompeten akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal.[2]

Selanjutnya Mulyasa merincikan urgensi dan manfaat uji kompetensi guru, sebagai berikut:

1. Sebagai alat untuk mengembangkan standar kemampuan profesional guru;

2. Merupakan alat seleksi penerimaan guru;

3. Untuk pengelompokan guru;

4. Sebagai bahan acuan pengembangan kurikulum;

5. Merupakan alat pembinaan guru;

6. Mendorong kegiatan dan hasil belajar.[3]


Oleh karena itu kompetensi bagi seorang guru mutlak diperlukan sebab sangat besar fungsinya terhadap keberhasilan proses belajar mengajar yang dikelolanya. Demikianlah beberapa aspek tinjauan terhadap urgensi dan fungsi kompetensi guru dalam pendidikan, di mana masing-masing kondisi tersebut saling berhubungan dan saling memberikan pengaruh di dalam pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah. Oleh sebab itu, diharapkan guru harus memiliki kompetensi sebagai suatu konsekwensi dari profesi guru itu sendiri.

Penulis : Rizki Dasilva




[1]M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1990), hlm. 52.

[2]Oemar  Hamalik, Pendidikan Guru…, hlm. 37.

 

[3]E. Mulyasa, Menjadi Guru…, hlm. 188-190.