Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Tentang Buku Celoteh Dua Cuda


Tentang Celoteh Dua Cuda

Jika tidak salah ingat, setidaknya tiga atau empat kali sudah Pak Rizki Rizky Juli mengajak saya menulis buku. Saya salut dengan beliau dan beberapa buku karyanya yang sebagiannya menjadi Best seller.

Namun dengan sangat halus saya menolak atau lebih tepatnya menghindar dari ajakan beliau. Entahlah saya punya rasa minder, belum layak tulisan saya dibukukan. Pun tulisan-tulisan tersebut hanya keisengan yang bercampur baur dengan tema tidak jelas. 

Selang beberapa bulan, bahkan hitungan tahun beliau mengajak lagi, dan lagi-lagi saya ogah-ogahan hingga kali ini beliau "menekan" saya via WA. 

Beliau mengurai panjang lebar tentang kegunaan menulis, menghujani saya dengan berbagai quote dari penulis-penulis ternama. Meminta CV lengkap saya, meminta saya menuliskan sinopsis dengan judul buku yang telah beliau tawarkan. Lama saya tidak sempat mengirim sinopsis, akhirnya beliau yang membuatkan sinopsisnya, lalu meminta saya untuk mengoreksi. Saya baca sekilas, langsung saya katakan : "sudah oke itu pak"

(Dalam hati masih belum yakin, "Alahôm keuh bah geupeugot aju kiban yang galak geuh" hiihiihii Mohon maaf ya pak, tapi jujur inilah yang terbersit dalam hati saya kala itu)

Untuk CV saya beliau hanya bertanya tentang usia anak-anak, pekerjaan dan pendidikan terakhir saya.

Selang beberapa menit beliau mengirim pesan lagi:

"Sudah saya kirim ke penerbit di Malang. Itu tanggung jawab! Waktu pengumpulan naskah  satu bulan"

Kapaloe teuh. Kana buet lom.

Keesokan harinya beliau mengirimkan gambar cover buku.

"Ini sudah siap, bu.. saya share di FB ya..!

"Aduhaai Pak, bagaimana itu kalo tidak sanggup saya pertanggung jawabkan?"

"Nyan hôm, kôp malèe teuh nyo hana jadèh. ladôm ureung untuk maju memang payah ta dukung atau ta tulak, tapi droeneuh payah ta trom"

Ouch, quote itu perih jendral.
--------

Saya hubungi suami untuk meminta saran, katanya:
"Jika kau yakin, lanjutkan sayang! Tapi niatkan, tujuan kita tidak untuk mencari ketenaran"

Saya hubungi Ayah via pesan wa,saya kirimkan foto covernya. Beliau malah fokus pada titel nama saya dibuku tersebut yang ingin saya hapus saat dicetak nanti (jika jadi).

"Akhirnya Ayah bisa melihat namamu disandingkan dengan gelar, Nak"

Menetes air mata saya.
Mungkin bagi beliau, sangat tidak mudah perjuangan dan pengorbanannya dahulu untuk mendapatkan tiga huruf tersebut dibelakang nama anaknya. Memang sesuatu tidak akan terasa berharga jika bisa didapat dengan mudah.

Namun Mohon maaf, Ayah... 
Gelar itu tidak layak kusematkan pada buku ini, insya Allah pada karya yang lain.

------

Begitulah sedikit banyak kisah asal muasal Celoteh Dua Cuda yang masih setengah jalan.
Mohon do'a dan dukungan teman-teman.
Jika hendak memiliki boleh pesan 😅

Special thanks untuk Pak Rizki 🙏