Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Merelakan dan Kita Akan Mendapatkan Sesuatu yang Lain Jauh Lebih Indah dari Sebelumnya

MERELAKAN 

Dua hal terberat dalam hidup adalah kegagalan dan kekecewaan. Suatu keadaan dimana hidup tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan atau rencanakan. Tapi, bukankah hidup memang sering seperti itu? Justru dengan demikianlah, kita mengerti arti menjadi dewasa dan bertumbuh. 

Kekecewaan terbesar dalam hidup saya adalah ketika dua kali gagal masuk ke Universitas dan jurusan yang saya idam-idamkan semenjak di bangku sekolah menengah. 

Semester akhir di bangku SMA, Saya dipanggil oleh Kepala Sekolah ke ruangannya. Beliau mengabarkan bahwa saya lulus jalur undangan ke salah satu Universitas Negeri di Banda Aceh. Dikarenakan saya tercatat sebagai siswa yang memegang peringkat pertama terus menerus dari kelas satu sampai kelas tiga. Segala persyaratan sudah saya penuhi, formulir sudah saya isi, juga memberi tahu pada orang tua, betapa bahagia hati saya kala itu. Membayangkan kuliah pada jurusan dan kampus impian.

Waktu bergulir, entah apa sebabnya, undangan itu dibatalkan. Kecewa. Malu. Sedih. Dunia seakan kiamat. 

Dalam keadaan demikian, support dari para guru dan orangtua, membuat saya kembali bersemangat untuk mengikuti tes jalur reguler seperti teman-teman yang lain. Saya memilih jurusan yang sama. Tiba jadwal pengumuman di koran, satu persatu saya membaca nama teman-teman SMA saya yang lolos, saya bahagia mereka diterima di jurusan favorit masing-masing. Tapi nama saya tidak ada. Saya perhatikan lagi berulang-ulang, tidak ada. Tidak ada. Hati saya lebih hancur. Kali ini benar-benar kiamat. Kiamat kubra. 

Saya menyendiri. 
Saya tidak mau makan. 
Kegagalan yang kedua kalinya ini benar-benar menghancurkan saya. 
Saya terpuruk. 
Saya tidak mau bertemu orang, karena mereka pasti akan bertanya, saya kuliah dimana. Saya tidak punya jawabannya. Saya bodoh. Saya putus sekolah. Saya pengangguran. Begitu rendah diri perasaan saya saat itu. 

Lalu nasehat Ayah menyadarkan saya, 
"Ada hikmah dibalik semua ini. Ada rahasia yang tidak kita ketahui kenapa Tuhan tidak mengizinkan kamu kuliah di situ."

Saya kembali berbenah berkas-berkas untuk mengikuti tes kembali. Atas saran kepala sekolah SMA, saya mendaftar di salah satu Universitas Swasta di Banda Aceh. 

"Ambil jurusan Pendidikan Sastra Bahasa Inggris. Itu jurusan favorit di sana. Dosennya keren-keren."

Murni karena saran beliau, saya menyelesaikan kuliah dengan titel sarjana pendidikan (Bahasa Inggris). Walaupun jiwa saya tetap mencintai SAINS. 

Namun, menjalani hidup sepenuhnya, terkadang kita harus belajar rela melepaskan. Tidak berjalan ke belakang, selalu menyesali atau menengok apa yang telah lewat, tentang harapan-harapan yang kandas yang membuat kita terbelenggu untuk meraih kebebasan masa depan. 

Ya,  karena mungkin dengan melepas sesuatu, kita akan mendapatkan sesuatu yang lain yang jauh lebih indah dari prediksi sebelumnya.

Penulis : Ismi Marnizar