Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Keteladanan Sebagai Metode Pendidikan Karakter

Keteladanan sebagai metode pendidikan karakter - Pendidikan merupakan suatu proses yang melingkupi seluruh fase kehidupan manusia. Pendidikan yang mencakup di dalamnya adalah pendidikan karakter yang sangat penting dalam kehidupan.

Pendidikan karakter adalah segala usaha yang dilakukan oleh pendidik untuk membentuk karakter peserta didik (Supranoto, dikutip dalam Azizah 2019).

Karakter yang baik pada diri seseorang akan menjadikannya mulia dan menjadi makhluk istimewa dibanding makhluk yang lain.

Melihat pentingnya pendidikan karakter, maka adanya metode dalam mencapai hal itu juga menjadi sangat penting. 

Secara umum dalam pendidikan, metode yang dipandang paling utama dan paling efektif adalah keteladanan, yakni pendidik memberikan contoh ucapan atau perbuatan yang baik untuk ditiru oleh peserta didik sehingga peserta didik pun memiliki ucapan atau perbuatan yang baik (Watson, dikutip dalam Azizah 2019).

Sebagai metode yang dipandang paling utama dan paling efektif dalam pendidikan umumnya, tentunya keteladanan juga merupakan metode yang dipandang paling utama dan paling efektif dalam pendidikan karakter, dikarenakan pendidikan karakter adalah bagian dari pendidikan. 

Pendidikan karakter berisi tiga tahapan kegiatan, yaitu menanamkan pengetahuan tentang karakter, perasaan tentang karakter, dan tindakan yang mencerminkan karakter (Novita, dikutip dalam Azizah 2019).

Melihat tiga tahapan kegiatan tersebut, dapat diketahui bahwa sebetulnya pendidikan karakter sama dengan pendidikan jenis lainnya, yakni harus menyentuh tiga ranah kejiwaan manusia, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Park & Peterson, 2006 dikutip dalam Azizah 2019).

Dalam penerapan pendidikan karakter, keteladanan diperlukan dalam setiap lingkungan, yaitu, lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Keteladanan juga dapat dikatakan sebagai peniruan, yaitu peniruan peserta didik terhadap pendidik; peniruan anak-anak terhadap orang dewasa; peniruan anak terhadap orang tuanya; peniruan murid terhadap gurunya; serta peniruan anggota masyarakat terhadap tokoh masyarakat.

Proses peniruan dalam metode keteladanan dapat terjadi secara disadari maupun tidak disadari. Peniruan yang dilakukan secara disadari adalah ketika seseorang melakukan peniruan dengan disertai adanya pengetahuan dan perasaan terkait pentingnya sesuatu yang ditiru atau manfaat dari sesuatu yang ditiru pada diri peniru.

Adapun Peniruan yang tidak disadari adalah ketika peniru merasa tidak sadar bahwa ia sesungguhnya sedang meniru sebuah objek yang senantiasa ia kagumi, ia perhatikan, ia lihat, dan ia dengar.

Metode Keteladanan dalam pendidikan karakter juga dapat digunakan untuk menemukan faktor penyebab baik dan buruknya karakter seseorang.

Contohnya, jika peserta didik tidak memiliki karakter peduli lingkungan, maka dapat dipastikan salah satu penyebabnya adalah dikarenakan guru sebagai pendidiknya juga tidak mempunyai karakter tersebut.

Keteladanan memerlukan metode pendidikan lain. Sebagai contoh keteladanan dapat dipertajam dengan metode kisah.

Metode kisah dapat berfungsi sebagai pelengkap bagi keteladanan, khususnya keteladanan dari orang yang sudah wafat.

Selain metode kisah, keteladanan juga dapat dilengkapi dengan metode nasihat, terutama jika dikhawatirkan peserta didik tidak memahami bentuk keteladanan yang diberikan oleh pendidik.

Diperlukannya metode pendidikan yang lain untuk melengkapi metode keteladanan yang menyatakan bahwa strategi pembelajaran pendidikan karakter di sekolah dapat dilakukan melalui empat cara, yaitu: keteladanan (modelling), pembelajaran (instruction), penguatan (reinforcement), dan pembiasaan (habituating) (Sudrajat, 2011).***

Penulis : Desta Efriana (192.371.041)

Referensi : https://doi.org/10.36667/jppi.v7i2.363