Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Saat Berada Di Atas Angin

Memposting foto ini bukan karena ingin membanggakan diri, tidak sama sekali! Lagipula foto ini hanya bagian dari masa lalu yang hanya bisa dikenang saja. Tapi, karena begitu sering timbul pertanyaan:
Saat Berada Di Atas Angin

"Itu anak-anak yang dulu berprestasi, selalu rangking satu di kelas, sekarang udah jadi apa?"

Baik, kita bedah dulu sedikit tentang foto di bawah ini.

Siang itu jam pulang sekolah, saya dipanggil Ibu Yunasri (Guru Matematika kelas 2 SMAN SEULIMEUM), tempat saya bersekolah. Saya "sedikit dipaksa" untuk mengikuti Olimpiade Matematika yang diadakan di SMA 4 Banda Aceh. Waktunya hanya seminggu lagi. Kami tidak memiliki persiapan apa-apa, baik materi pelajaran, buku-buku paket tambahan, ataupun kisi-kisi soalnya.

"Kamu ikut saja, Marnizar. Ibu tak berharap menang. Yang penting, sekolah kita ada mengirim utusan ke sana," kata beliau.

Kalau boleh sedikit sombong, bolehlah saya beritahu sedikit ya, kalau nilai Matematika saya di rapor selama SMA, selalu bertahan diantara angka 8 dan 9.

Tiba hari pengumuman, ternyata SMA kami mendapatkan juara di bawah SMA Modal Bangsa waktu itu. Juara satu tetap dipegang SMA favorit tersebut. Kemenangan ini menjadi ajang promosi bagi sekolah kami, piala dan piagam penghargaan langsung diserahkan oleh Pak PJ Bupati Aceh Besar kepada saya. Sempat diliput juga oleh TVRI ACEH, "Sebuah Sekolah Kampung di Kecamatan Seulimeum Baru Saja Memenangkan Olimpiade Matematika", begitulah headline berita itu kira-kira.

Mendadak saya menjadi bintang setelah hari itu.

"Eeeh, aneuk dron na bak tiphi baroe seupot, Kak Ni, euh?" Ibu saya meniru pujian orang-orang kampung, sepulang dari sungai mencuci pakaian kami.

Sayangnya ketika saya tampakkan foto ini pada anak-anak saya, mereka tidak ada yang percaya. Entah siapa fotografernya saat itu, bisa-bisanya kegantengan wajah Pak PJ mengalihkan perhatiannya. Ini pelajaran bagi setiap fotografer kedepan, ya, tolong diperhatikan angle pengambilan gambar. Karena bisa jadi, hasil foto kita akan menjadi pertaruhan harga diri seorang ibu di depan anak-anaknya.

"Nggak mungkin, ah! Mak ngaku-ngaku aja nih. Malu, Mak! Malu!"

Tuh, macammana kita naik banding lagi?

Jadi buat kalian yang tanya-tanya, yang dulu berprestasi dan selalu rangking satu di kelas, sekarang udah jadi apa?

Yang di foto inilah salah satunya.

Kerjanya tiap hari cuma uet adang beulangong, sikat kaoh aki meugeuratan, sikat sipatu, cuci piring, sikat WC, dengan pakaian dinas daster sobek dan beraroma bawang.

Pesan moralnya adalah,

Tak usahlah rajin-rajin belajar. Tak naik kelas pun tak apa. Dewasa nanti, orang-orang yang ngga naik kelaslah yang jadi direktur.

Iya, jadi direktur kalau Bapakmu punya perusahaan. Sekarang kutanya, Bapakmu punya perusahaan apa?

SUMBER: FACEBOOK ISMI MARNIZAR