Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Tidak Ada Keluarga Yang Ideal

Tidak ada yang menarik dari foto ini, tapi sangat istimewa karena yang memotretnya adalah Ayah saya tahun 2002 dengan sebuah kamera berharga murah yang dibeli dengan hasil tabungan Ayah, karena kami selalu merengek minta dibelikan kamera.
Tidak Ada Keluarga Yang Ideal

Semasa saya masih berusia belasan, anak-anak yang dekat dengan orang tua, khususnya Ayah, bisa dikatakan sangat jarang. Saya tahu hal ini dari cerita teman-teman saya. Mungkin dikarenakan mindset di lingkungan kita bahwa orang tua itu harus dihormati, disegani, ditakuti, tidak boleh dijadikan "teman". Ada cerita dari seorang teman SMA, dia sangat takut setiap kali Ayahnya pulang bekerja, semua diam dan berharap tidak ada yang dipukuli atau dimarahi.

Keluarga kami sangat sederhana dengan penghasilan Ayah sebagai seorang PNS berpangkat rendah dan banyak anak. Nenek kami juga bukan keturunan orang kaya yang meninggalkan banyak harta warisan. Namun, saya sangat merasa beruntung terlahir dalam keluarga ini. Dengan didikan orang tua yang taat beragama (ini penilaian relatif, ya). Sejak usia 10 tahun, saya dan keempat adik saya tidak berani lagi meninggalkan salat, dimana pun, kapan pun. Ayah dan Ibu saya sangat tegas perihal salat. Begitu jugalah yang saya terapkan pada anak-anak saya sekarang. Mereka sudah menyadari bahwa salat adalah kewajiban.

Nabila pernah lari terburu-buru saat saya terlambat menjemputnya di sekolah seusai les tambahan,

"Mak, agak cepat ya bawa motornya, Akak belum salat."

Begitu juga Zakiya, teman-temannya rela menunggu Zakiya salat ashar dulu sebelum diajak main. Hal-hal seperti ini yang membuat saya sebagai orang tua sangat bahagia.

Saya merasa "diterima sepenuhnya" oleh keluarga saya. Dengan rasa mindernya saya, dengan cerobohnya saya, dengan segala bentuk fisik saya. Dan sampai sekarang saya sudah memiliki keluarga sendiri, Ayah dan ibu tidak pernah menuntut apa-apa selain (berusaha) menjadi hamba Allah yang baik. Itu saja!

Sungguh, saya tidak merasa iri dengan anak-anak yang dilahirkan dari keluarga kaya yang memiliki segudang "privilege", yang masa depannya sudah terjamin, yang hidupnya tidak pernah kekurangan, sebab privilege sesungguhnya adalah kehangatan keluarga tempat kita bertumbuh dan selalu menerima kapanpun kita terjatuh.

Jadilah Ibu dan Ayah yang baik bagi anak-anak kita, walau kadang Ibu dan Ayah kita bukan orang tua seperti yang kita harapkan, karena tidak ada orang tua yang sempurna. Percuma memiliki segudang ilmu parenting, bila hubungan kita dengan pasangan tidak harmonis. Tidak ada keluarga yang ideal, tapi semua kita bisa mengupayakan keluarga yang sempurna bagi anak-anak kita dengan segala ketidaksempurnaannya.

SUMBER: FACEBOOK ISMI MARNIZAR